Selasa, 22 Oktober 2013

Saya Dan Tuhan 2: Agama Itu



Alhamdulillah masih memiliki kesempatan untuk menulis. Ngomong-ngomong yang belum kenal, nama saya adalah Emil Dwi Febrian dan tulisan ini adalah tulisan lanjutan dari judul yang sama di blog ini(agar tidak ambigu kunjungi:http://emildft.blogspot.com/2013/10/saya-dan-tuhan-masa-baru-mengenal.html). Saya mengucapkan terimakasih bagi yang telah membaca atau yang hanya mengunjungi tulisan sebelumnya. Sepertinya tulisan ini bakal menjadi tulisan serius saya, dan akan di tulis secara bersambung-sambung(berkenaan bahwa menulis itu hanya bisa dilakukan di saat ingin saja). Ok, cerita dimulai.

Setelah tidak mau masuk TK saat berusia 4 tahun, saya tidak melakukan apapun. Sepertinya hal itu membuat orang tua saya kawatir, maka saya mulai dimasukan kedalam pengajian-pengajian khusus anak-anak saat berumur 5 tahun. Setelah dirasa pendidikan agama dirumah saja tidak akan membuat saya kemana-mana. Walaupun saya sama sekali tidak mau melakukannya mereka tidak mau menghiraukannya. Saya mengerti, semua orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya. Setelah gagal di TK mana mungkin mereka menginginkan saya gagal di satuan pendidikan lainnya(dalam kasus ini adalah pengajian).

Pengajian pertama saya adalah TPA(Taman Pendidikan Al-Qur’an) disalah satu tempat dikampung saya, yang hanya beda RT dari rumah saya. Disana saya diajarkan membaca IQRO, dan menurut saya masa-masa inilah dimana kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah religious paling menumpuk. Bagaimana tidak, dirumah orang tua malah membelikan saya VCD Sulis dan Hadad Alwi. Bisa dibilang musik adalah salah satu pengaruh besar dalam hidup saya, dan musik yang saya dengar pertama kali selain musik anak-anak Indonesia(seperti balonku) adalah musik religi.

Saat itu bisa di bilang ngaji saya tidak terlalu lancar dibandingkan anak lain yang cukup cepat yang tiba-tiba melesat ke IQRO 4-5-6 ketika saya masih saja di IQRO 1-2. Saya mengaji saat pukul 3 sore yang bagi saya adalah waktu yang tepat buat nonton tv, apalagi beberapa tv swasta menayangkan program anak-anak.
Ketika masuk SD saya mulai kelelahan, pagi harus sekolah dan sore harus ngaji. Maka dari itulah saya mulai pindah-pindah pengajian. Dalam masa-masa SD(6-12 tahun) itulah saya juga mulai mengenal agama lain, dan entah kenapa saya merasa bahwa islam agama yang saya anut adalah agama yang paling sulit. Bapak dan ibu mulai memukul dan membentak saya ketika malas sholat yang sehari 5 waktu itu, ngaji yang menghabisi waktu bermain saya setelah pulang sekolah yang lalu malah ada lagi saat selesai sholat mahgrib, apalan bahasa arab yang saya tidak mengerti sama sekali yang numpuk. Saya mengerti satu hal kenapa saya jenuh atas segala hal itu kala itu. Well, baik orang tua dan guru ngaji tidak pernah memberikan alasan spesifik kenapa saya harus beragama ini dan kenapa yang lainnya harus beragama itu(keturunan). Yang ada hanya konsep surga dan neraka yang membuat anak-anak takut tapi tak pernah mepertanyakan iman apalagi ke-Tuhanan. Saya bisa bilang pada masa ini malah ketertarikan saya pada ke-Tuhanan mengikis di bandingkan masa sebelumnya dikarenakan kegiatan keagamaan yang melelahkan bagi saya.

Saya tidak bermaksud bilang bahwa agama itu menyusahkan, tapi sebagai anak-anak jujur itulah yang saya rasakan waktu itu. Saya tak pernah menyesal saya pernah berpikir seperti itu saat anak-anak, juga tak pernah menyalahkan orang tua dan para guru ngaji yang telah memaksa saya melakukan semua kegiatan itu karena hal itulah yang membuat saya tau dasar-dasar kegiatan keagamaan, dan saya berterimakasih pada mereka. Saya pikir saya bukan satu-satunya, maka dari itu tulisan ini bisa jadi adalah sebuah cerita yang bila dibaca oleh anda yang sudah punya anak bagaimana memberikan kegiatan agama pada anak, bahwasannya si anak ingin tau kenapa dia harus beragama sama dengan orang tuanya dan harus melakukan kegiatan-kegiatan agama, itu dimulai lewat satu alasan yang membuat anak nyaman yaitu bahwa Tuhan menyayanginya, ya bukan sekedar jika kamu tak melakukan ini kamu masuk neraka dan jika  melakukan itu kamu masuk surga.
Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar