Sabtu, 05 Maret 2016

Introvert?


Jika kalian pernah baca mengenai kepribadian manusia secara umum maka mungkin pernah mendengar istilah extrovert, introvert, ambievert. Istilah-istilah tersebut dipopulerkan oleh seorang psikolog dari Swiss, Carl Jung.[1] Dalam pengertian sederhana istilah-istilah ini merujuk pada perilaku seseorang yang berhubungan dengan pergaulan sosial sehari-hari. Orang yang dianggap extrovert biasanya dicirikan dengan pribadi yang bisa bergaul dengan siapa saja, banyak teman, senang ngumpul, percaya diri tinggi dan tidak bisa menyendiri dalam waktu lama. Sebaliknya orang yang dianggap introvert biasanya dicirikan dengan pribadi yang sulit bergaul, hanya punya sedikit teman, jarang berinteraksi dan lebih menyukai kesendirian. Sementara ambievert adalah kepribadian diantara keduanya alias setengah setengah (Nah kamu yang mana). Walaupun banyak ilmuan sosial tidak setuju (dan banyak pula yang setuju) mengenai istilah-istilah tersebut, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa hal-hal tersebut memang terasa di dunia nyata (iya kan).

Di masyarakat orang berkepribadian extrovert lebih dianggap memiliki nilai positif dibadingkan orang yang dianggap memiliki kepribadian introvert. Tentu saja, orang-orang extrovert lebih banyak berinteraksi dengan orang lain, mereka aktif di masyarakat, bisa berbicara dengan baik pula. Berbeda dengan orang-orang introvert yang cenderung dianggap masyarakat anti sosial.



Lantas kenapa orang-orang introvert jadi introvert? Dan apakah mereka anti sosial?

Inna Fishman, peneliti dari the Salk Institute for Biological Sciences, di California, Amerika Serikat, meneliti dua kepribadian ini menggunakan sebuah eksperimen wajah orang dan sekuntum bunga. Hasilnya, otak para ekstrovert ternyata lebih memerhatikan wajah orang dari pada bunga yang merupakan benda mati atau bukan manusia. Sedangkan otak orang introvert tidak memiliki perbedaan yang signifikan ketika merespon wajah orang dan bunga.  Para introvert tidak menempatkan wajah orang pada stimuli sosial, dari pada stimuli lainnya seperti bunga tadi. "Artinya, introvert, atau otak mereka, cenderung peduli tidak peduli pada orang. Meskipun mereka tetap bisa menerima, meninggalkan, menolak, dan bahkan berbicara pada mereka. Tapi, otak mereka memperlakukan interaksi dengan orang sama seperti mereka berhadapan dengan hal lain, seperti benda mati" jelas Fishman.[2]  Karena itulah orang-orang introvert bisa menyendiri dalam waktu yang lama, karena dalam pandangannya, orang lain hampir tiada bedanya dengan benda hidup atau mati lainnya.
Seseorang dapat menjadi introvert bisa jadi dikarenakan pengaruh biologis maupun sosial, sepertinya dua hal tersebut sangat saling berkaitan. Para psikolog sering menguraikan bahwa kepribadian seseorang adalah bawaan dari lahir, namun hal tersebut tidak sepenuhnya benar, karena sesungguhnya kepribadian seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor dalam kehidupan sehari-harinya. Seseorang yang sejak kecil cenderung dibatasi pergaulannya dengan orang lain dan lebih banyak bermain sendiri dengan mainannya bisa jadi lebih gampang menjadi sosok yang dianggap introvert dibandingkan orang lain.
Para introvert menganggap intreaksi sosial bukanlah sesuatu yang utama dan cenderung membuang waktu mereka, mereka hanya akan berinteraksi secukupnya lalu seolah-olah harus mengisi batrai mereka dengan menyendiri karena itulah kebutuhan primer bagi mereka.

Jika kita memperhatikan secara seksama, jumlah introvert selalu lebih sedikit dibandingkan orang extrovert. Bahkan disebuah kota besar sekalipun dimana interaksi sosial biasanya kurang sekali karena hegemoni individualisme. Perbadingannya mungkin antara 1 introvert dan 9 extrovert.
Nah sekarang apakah introvert sendiri bisa diartikan sebagai anti sosial? Banyak orang yang akan bilang bahwa antara introvert dan anti sosial itu berbeda, namun jika kamu misalnya bertanya pada saya yang juga merasa bahwa diri saya adalah pribadi ynag cenderung introvert, saya akan menjawab “iya sebagian dari kepribadian kami adalah anti sosial karena tidak tahan berlama-lama dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitar, tapi sebagian dari kepribadian kami juga adalah seperti kebanyakan orang yang membutuhkan orang lain yang menunjukan bahwa kami bukanlah anti sosial.” Sulit bukan?









[1] http://psikologid.com/introvert-ekstrovert-dan-ambievert/
[2] http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3129862/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar