Minggu, 16 Februari 2014

MAAF

"Saya manusia biasa, saya berbuat salah, saya menyakiti orang, tapi ketika saya bilang saya minta maaf, saya benar-benar meminta maaf"

Entah darimana saya membaca kata-kata diatas, tapi itu yang benar-benar saya rasakan saat ini. Tidak penting seberapa banyak orang menyakiti saya, yah saya hidup dalam rasa sakit dan duka tentu bersamaan dengan rasa senang dan suka pula. Tuhan tau bagaimana membuat skenario bagi setiap mahluk ciptaannya, dan saya bersyukur atas semua hal yang terjadi.

Tapi, sebuah point penting dalam hidup fakta bahwa akan lebih menyakitkan saat saya menyakiti orang lain daripada orang menyakiti saya.

Nabi Muhammad benar lewat sabdanya "Berkatalah yang baik atau diam". Saya harusnya meresapi hal ini. Tapi saat itu saya tidak, dan saya menyesalinya.

Ok jujur saja, saya tidak tau kapan saya mati dan saya berusaha selalu memikirkannya, yang saya tak bisa maafkan terhadap diri saya adalah ketika mati saya belum di maafkan orang-orang yang saya pernah sakiti.

Jadi untuk siapapun yang pernah saya sakiti, saya minta maaf. Saya tak ingin berakhir jadi orang jahat, maka saya meminta maaf. Maafkanlah saya jika dalam hidup saya menyakiti anda.

MAAF

Jumat, 07 Februari 2014

Internet

Kita berada pada masa dimana dunia ini seolah begitu sempit. Sempit dalam artian bahwa anda bisa mendapatkan informasi dari berbagai negara yang nun jauh disana dengan sekejap. Beberapa orang menyebutnya globalisasi yang dimana banyak pertentangan tentang hal ini mengenai baik atau buruk. Bagaimanapun segala hal yang terjadi pada masa kini adalah hasil dari penemuan dimasa lalu. Ya, saya sedang membicarakan internet, teknologi modern yang sangat kekinian. Apa yang ditawarkan internet yang paling penting adalah bahwa setiap orang yang mungkin saja tak punya gelar, lisensi, keprofesionalan, dll bisa terlihat tak ada bedanya dengan yang profesional.

Bayangkan 50 tahun yang lalu saat internet belum populer dan bahkan mungkin sama sekali belum ditemukan, yang seolah berhak mempublikasikan informasi berita berbagai hal termasuk yang tidak penting sama sekali mungkin hanya orang yang berkecimpung di dunia profesionalitas itu. Maksud saya seperti jurnalis koran atau majalah, wartawan, reporter, penyiar radio, pembawa berita tv, atau bahkan pemerintah fasis di suatu negara untuk mempropagandakan ideologi politik mereka. Tapi hari ini semua orang dapat membuat berita atau informasi dan menguploadnya di internet yang bisa dibaca orang banyak seolah dia profesional padahal mungkin informasi yang diberikannya sama sekali tidak penting(baca: seperti tulisan saya ini).

Ya mungkin itulah yang diberikan internet lebih dari media lain. Jika di tv maka kita hanya mendapat informasi yang tv informasikan, kita bisa memilih salurannya tapi bukan informasinya. Mendengar musik di radio kita hanya akan mendengar apa yang radio suarakan, bahkan walau kita bisa memesan langsung lagunya lewat telepon kepada saluran radio tersebut, tetap saja kita mengikuti yang radio sajikan. Berbeda dengan internet, internet membuat kita bisa memilih dan mencari apa yang kita inginkan. Jika ingin melihat video yang anda inginkan anda bisa search langsung di youtube, bahkan sebenarnya anda bisa menjadi orang yang ditonton jika anda meng upload video anda disana. Internet memberikan kita banyak pilihan yang karena bisa dipakai berbagai orang untuk melakukan sesuatu seperti berdagang, membuat karya(tulis, video, gambar). Hal ini membuat kita sadar bahwa setiap manusia memiliki potensi.

Sekarang pertanyaannya adalah apakah kita sudah menggunakan internet dengan baik?
Segala hal baik tidak akan selalu baik begitupun sebaliknya.

Selasa, 04 Februari 2014

Takut

Sebentar lagi usia saya mencapai angka 21 jika Tuhan menginjinkan saya hidup sampai tanggal 22 Februari. Usia yang orang bilang masih muda, tapi entah kenapa saya tidak merasa begitu. Jika dipikir saya masih terjebak pada masa sebelum 13 tahun, masa dimana saya tak segan bermimpi jadi pembalap mini 4 WD profesional. Hahaha sudahlah, itu sudah berlalu hampir 8 tahun. Lantas apa yang sebenarnya saya lakukan selama ini, hey 21 bukan angka muda, 21 adalah waktu yang lama, saya bahkan tidak berpikir saya mencapai angka 22, ya tidak seperti beberapa tahun yang lalu saat saya mencapai 15 dan yakin mencapai 16.

Seorang teman bertanya "jika kamu bisa me-restart hidup apa yang akan kamu lakukan?". Saat itu saya jawab "sepertinya me-restart hidup tak akan merubah apa-apa". Tapi harapan ingin me-restart hidup, kembali ke masa lalu, membenarkan apa yang kita lakukan salah di masa lalu pasti semua orang memikirkannya. Ya pada dasarnya manusia adalah mahluk penakut, kita bukan takut tentang apa yang telah berlalu sebenarnya, tapi pengaruhnya pada masa depan. Rasa takut kita membuat kita percaya pada keajaiban yang tidak mungkin terjadi. Hampir semua orang takut pada hal yang sama. Itu sebabnya kita harus sekolah setinggi-tingginya bukan untuk hal lain selain masa depan. Sekolah saat ini hanya menjadi penembok rasa ketakutan dan kekhawatiran kita pada masa depan. Kita membuat tembok sebesar-besarnya seperti apa yang dilakukan kaisar cina yang takut akan serangan orang mongolia.

Tidak ada yang salah dengan rasa takut, justru takut adalah hal baik, takut akan membuat kita berhati-hati. Tapi saya berpikir bahwa ketakutan kita sudah berlebihan, entahlah saya merasa setiap orang termasuk saya selalu merasa takut dalam hidup. Saya tidak mau hidup terus dalam ketakutan, saya ingin menemukan formula agar saya dan orang-orang tidak ketakutan lagi dalam hidup. Sayangnya saya belum menemukannya selama ini, dan sejujurnya saya takut saya tak pernah menemukannya sama sekali.