Alhamdulillah
masih memiliki kesempatan untuk menulis. Ngomong-ngomong yang belum kenal, nama
saya adalah Emil Dwi Febrian dan tulisan ini adalah tulisan lanjutan dari judul
yang sama di blog ini(agar tidak ambigu kunjungi:http://emildft.blogspot.com/2013/10/saya-dan-tuhan-masa-baru-mengenal.html). Saya mengucapkan
terimakasih bagi yang telah membaca atau yang hanya mengunjungi tulisan
sebelumnya. Sepertinya tulisan ini bakal menjadi tulisan serius saya, dan akan
di tulis secara bersambung-sambung(berkenaan bahwa menulis itu hanya bisa
dilakukan di saat ingin saja). Ok, cerita dimulai.
Setelah
tidak mau masuk TK saat berusia 4 tahun, saya tidak melakukan apapun.
Sepertinya hal itu membuat orang tua saya kawatir, maka saya mulai dimasukan
kedalam pengajian-pengajian khusus anak-anak saat berumur 5 tahun. Setelah
dirasa pendidikan agama dirumah saja tidak akan membuat saya kemana-mana.
Walaupun saya sama sekali tidak mau melakukannya mereka tidak mau
menghiraukannya. Saya mengerti, semua orang tua ingin yang terbaik untuk
anaknya. Setelah gagal di TK mana mungkin mereka menginginkan saya gagal di
satuan pendidikan lainnya(dalam kasus ini adalah pengajian).
Pengajian
pertama saya adalah TPA(Taman Pendidikan Al-Qur’an) disalah satu tempat
dikampung saya, yang hanya beda RT dari rumah saya. Disana saya diajarkan
membaca IQRO, dan menurut saya masa-masa inilah dimana kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan masalah religious paling menumpuk. Bagaimana tidak, dirumah
orang tua malah membelikan saya VCD Sulis dan Hadad Alwi. Bisa dibilang musik
adalah salah satu pengaruh besar dalam hidup saya, dan musik yang saya dengar
pertama kali selain musik anak-anak Indonesia(seperti balonku) adalah musik
religi.
Saat
itu bisa di bilang ngaji saya tidak terlalu lancar dibandingkan anak lain yang
cukup cepat yang tiba-tiba melesat ke IQRO 4-5-6 ketika saya masih saja di IQRO
1-2. Saya mengaji saat pukul 3 sore yang bagi saya adalah waktu yang tepat buat
nonton tv, apalagi beberapa tv swasta menayangkan program anak-anak.
Ketika
masuk SD saya mulai kelelahan, pagi harus sekolah dan sore harus ngaji. Maka
dari itulah saya mulai pindah-pindah pengajian. Dalam masa-masa SD(6-12 tahun)
itulah saya juga mulai mengenal agama lain, dan entah kenapa saya merasa bahwa
islam agama yang saya anut adalah agama yang paling sulit. Bapak dan ibu mulai
memukul dan membentak saya ketika malas sholat yang sehari 5 waktu itu, ngaji
yang menghabisi waktu bermain saya setelah pulang sekolah yang lalu malah ada
lagi saat selesai sholat mahgrib, apalan bahasa arab yang saya tidak mengerti
sama sekali yang numpuk. Saya mengerti satu hal kenapa saya jenuh atas segala
hal itu kala itu. Well, baik orang tua dan guru ngaji tidak pernah memberikan
alasan spesifik kenapa saya harus beragama ini dan kenapa yang lainnya harus
beragama itu(keturunan). Yang ada hanya konsep surga dan neraka yang membuat
anak-anak takut tapi tak pernah mepertanyakan iman apalagi ke-Tuhanan. Saya
bisa bilang pada masa ini malah ketertarikan saya pada ke-Tuhanan mengikis di
bandingkan masa sebelumnya dikarenakan kegiatan keagamaan yang melelahkan bagi
saya.
Saya
tidak bermaksud bilang bahwa agama itu menyusahkan, tapi sebagai anak-anak jujur
itulah yang saya rasakan waktu itu. Saya tak pernah menyesal saya pernah
berpikir seperti itu saat anak-anak, juga tak pernah menyalahkan orang tua dan
para guru ngaji yang telah memaksa saya melakukan semua kegiatan itu karena hal
itulah yang membuat saya tau dasar-dasar kegiatan keagamaan, dan saya
berterimakasih pada mereka. Saya pikir saya bukan satu-satunya, maka dari itu
tulisan ini bisa jadi adalah sebuah cerita yang bila dibaca oleh anda yang
sudah punya anak bagaimana memberikan kegiatan agama pada anak, bahwasannya si
anak ingin tau kenapa dia harus beragama sama dengan orang tuanya dan harus
melakukan kegiatan-kegiatan agama, itu dimulai lewat satu alasan yang membuat
anak nyaman yaitu bahwa Tuhan menyayanginya, ya bukan sekedar jika kamu tak melakukan
ini kamu masuk neraka dan jika melakukan
itu kamu masuk surga.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar