Jika kalian
pernah baca mengenai kepribadian manusia secara umum maka mungkin pernah
mendengar istilah extrovert, introvert, ambievert.
Istilah-istilah tersebut dipopulerkan oleh seorang psikolog dari Swiss,
Carl Jung.[1] Dalam
pengertian sederhana istilah-istilah ini merujuk pada perilaku seseorang yang
berhubungan dengan pergaulan sosial sehari-hari. Orang yang dianggap extrovert
biasanya dicirikan dengan pribadi yang bisa bergaul dengan siapa saja, banyak
teman, senang ngumpul, percaya diri tinggi dan tidak bisa menyendiri dalam
waktu lama. Sebaliknya orang yang dianggap introvert biasanya dicirikan dengan
pribadi yang sulit bergaul, hanya punya sedikit teman, jarang berinteraksi dan
lebih menyukai kesendirian. Sementara ambievert adalah kepribadian diantara
keduanya alias setengah setengah (Nah kamu yang mana). Walaupun banyak ilmuan
sosial tidak setuju (dan banyak pula yang setuju) mengenai istilah-istilah
tersebut, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa hal-hal tersebut memang terasa di
dunia nyata (iya kan).
Di masyarakat orang berkepribadian extrovert lebih dianggap memiliki
nilai positif dibadingkan orang yang dianggap memiliki kepribadian introvert.
Tentu saja, orang-orang extrovert lebih banyak berinteraksi dengan orang lain,
mereka aktif di masyarakat, bisa berbicara dengan baik pula. Berbeda dengan
orang-orang introvert yang cenderung dianggap masyarakat anti sosial.
Lantas kenapa orang-orang introvert jadi introvert? Dan apakah mereka
anti sosial?
Inna Fishman, peneliti dari the Salk
Institute for Biological Sciences, di California, Amerika Serikat, meneliti dua
kepribadian ini menggunakan sebuah eksperimen wajah orang dan sekuntum bunga.
Hasilnya, otak para ekstrovert ternyata lebih memerhatikan wajah orang dari
pada bunga yang merupakan benda mati atau bukan manusia. Sedangkan otak orang
introvert tidak memiliki perbedaan yang signifikan ketika merespon wajah orang
dan bunga. Para introvert tidak menempatkan wajah orang pada stimuli
sosial, dari pada stimuli lainnya seperti bunga tadi. "Artinya, introvert,
atau otak mereka, cenderung peduli tidak peduli pada orang. Meskipun mereka
tetap bisa menerima, meninggalkan, menolak, dan bahkan berbicara pada mereka. Tapi,
otak mereka memperlakukan interaksi dengan orang sama seperti mereka berhadapan
dengan hal lain, seperti benda mati" jelas Fishman.[2]
Karena itulah orang-orang introvert bisa menyendiri dalam waktu yang lama,
karena dalam pandangannya, orang lain hampir tiada bedanya dengan
benda hidup atau mati lainnya.
Seseorang dapat menjadi introvert bisa jadi
dikarenakan pengaruh biologis maupun sosial, sepertinya dua hal
tersebut sangat saling berkaitan. Para psikolog sering menguraikan bahwa
kepribadian seseorang adalah bawaan dari lahir, namun hal tersebut tidak
sepenuhnya benar, karena sesungguhnya kepribadian seseorang dipengaruhi oleh
banyak faktor dalam kehidupan sehari-harinya. Seseorang yang sejak kecil
cenderung dibatasi pergaulannya dengan orang lain dan lebih banyak bermain
sendiri dengan mainannya bisa jadi lebih gampang menjadi sosok yang dianggap
introvert dibandingkan orang lain.
Para introvert menganggap intreaksi sosial
bukanlah sesuatu yang utama dan cenderung membuang waktu mereka, mereka hanya
akan berinteraksi secukupnya lalu seolah-olah harus mengisi batrai mereka
dengan menyendiri karena itulah kebutuhan primer bagi mereka.
Jika kita memperhatikan secara seksama,
jumlah introvert selalu lebih sedikit dibandingkan orang extrovert. Bahkan disebuah
kota besar sekalipun dimana interaksi sosial biasanya kurang sekali karena hegemoni individualisme.
Perbadingannya mungkin antara 1 introvert dan 9 extrovert.
Nah sekarang apakah introvert sendiri bisa
diartikan sebagai anti sosial? Banyak orang yang akan bilang bahwa antara
introvert dan anti sosial itu berbeda, namun jika kamu misalnya bertanya pada
saya yang juga merasa bahwa diri saya adalah pribadi ynag cenderung introvert,
saya akan menjawab “iya sebagian dari kepribadian kami adalah anti sosial
karena tidak tahan berlama-lama dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitar,
tapi sebagian dari kepribadian kami juga adalah seperti kebanyakan orang yang membutuhkan orang lain yang
menunjukan bahwa kami bukanlah anti sosial.” Sulit bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar