Sabtu, 08 Agustus 2015

Menulis Di Blog Walau Hanya Omong Kosong 4: Saat Rasa Marah Itu Hilang

Sudah lama sepertinya tidak ngepost apa-apa di blog ini, padahal cita-cita buat blog ini adalah nulis omong kosong apapun yang ada di kepala, setidaknya untuk membuktikan bahwa saya punya kepala dan ada isi dididalamnya(bukan,, bukan motor didalamnya). Oh hey ada apa? Apakah saya begitu sibuknya? Kuliah, kuliah dan kuliah.  Cuma itu kesibukan utama saya yang bisa dibilang gak sibuk-sibuk amat, lalu apa? punya pacar juga tidak dan terserah saya gak peduli.

Malam ini akhirnya saya sadar mengapa menulis jadi sangat sulit, bukan karena harus nulis skripsi, bukan karena harus menyelesaikan beberapa hal yang tidak terselesaikan, tapi karena kemarahan atau RASA MARAH itu hilang. Rasa marah membuat kita ingin berbuat sesuatu, salah satunya menulis, rasa marah itu hilang dimakan kemalasan untuk tidak melawan kemalasan tersebut, rasa marah itu hilang karena terlalu berpikir harus sempurna padahal tidak ada manusia yang sempurna, rasa marah itu hilang karena berpikir tiada jalan lain untuk hidup melainkan hidup seperti kebanyakan orang.


Saya mulai mengingat kembali para pemikir dan penulis di masa lalu, baik penulis buku itu ilmuwan, sastrawan, atau musisi dan lainnya. Kebanyakan mereka menulis karena ada rasa marah, rasa marah terhadap diri mereka atau hal lain disekitar mereka. Nietsche yang menulis buku-buku filsafat yang mengagetkan dunia saat itu karena dalam buku-bukunya dia bilang “tuhan sudah mati” berdasarkan kemarahannya terhadap kehidupan agama saat itu seolah tuhan sudah ada ditangan pemuka agama dan mereka yang berkuasa terhadap hamba tuhan padahal mereka sendiri adalah hamba tuhan, begitupun Karl Marx dengan “agama adalah candun” yang kebetulan isunya sama. Bob Dylan yang menulis lagu Blowin in The Wind karena kepesimisannya bahwa Nixon akan menggunakan otaknya dan berpikir jika perang Vietnam tidak berguna hanya akan membuat kesensaran terhadap orang Vietnam dan Amerika sendiri. Mereka menulis karena marah, marah membuat kita berpikir, bukan.. bukan marah pukul-pukulan tapi saat marah menghasilkan inspirasi untuk menulis, jadi marahlah dan lakukan sesuatu yang mengubah hidupmu.