Kamis, 25 September 2014

Tulisan Saya Mengenai Peran Psikologi Pendidikan


“Psikologi pendidikan berkaitan dengan bagaimana peserta didik belajar dan berkembang, menurut anda apakah peranan psikologi pendidikan dalam kegiatan pembelajaran?”

Memahami Anak Didik Melalui Psikologi
Apakah peranan psikologi pendidikan dalam kegiatan pembelajaran?Sebelum menjawab persoalan tadi saya akan menjelaskan apa itu psikologi. Psikologi merupakan suatu disiplin ilmu yang sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia.[1] Semua ilmu pengetahuan sebenarnya penting dan memiliki manfaat bagi kehidupan tetapi psikologi adalah ilmu yang mampu menyentuh segala macam dimensi kehidupan manusia dalam berbagai aktivitasnya. Jika dihubungan dengan pendidikan, Barlow(1985) mendefinisikan psikologi pendidikan sebagai sebuah pengetahuan yang diambil berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses mengajar-belajar supaya lebih efektif.[2]

Sebagaimana telah dikatakan diatas, psikologi mempersoalkan aktivitas manusia, baik yang dapat diamati maupun yang tidak.[3] Lantas apa sebenarnya manfaatatau peranan psikologi dalam pendidikan? Jika ditanya seperti itu maka kita akan menemukan jawaban yang bermacam-macam. Dalam setiap buku yang saya baca, para penulis memiliki banyak pengertian sendiri mengenai apa itu psikologi pendidikan dan manfaatnya. Tetapi sebenarnya kita dapat menyimpulkan bahwa masalah sentral dalam psikologi pendidikan adalah masalah belajarnya.Tidaklah mengherankan kerena sebenarnya kegiatan belajar(dan mengajar) adalah tindak pelaksanaan dalam usaha pendidikan. Didalam usaha mendidik anak-anak didik belajar dan si pengajar mengajar sesuatu pada para anak didik.[4]

Aspek yang paling penting pada saat anak didik belajar adalah bagaimana si pengajar memberikan perlakuan secara psikologis yang selaras dan relevan dengan keadaan anak didik.[5]
Saya mengingat hari ketika saya masih SMA dimana satu adik kelas saya dikeluarkan dari sekolah karena terbukti memimpin segerombolan adik kelas saya yang lain untuk menyerang dan melakukan tauran ke SMA tetangga. Apakah itu tindakan yang tepat? Bukankah lebih baik dia dibimbing lagi daripada dikeluarkan? Saat itu saya berpikir sekolah telah menyerah pada adik kelas saya ini.

Schools Are Prisons merupakan salah satu judul lagu milik band punk rock Inggris tahun 70an bernama Sex Pistols. Liriknya bercerita tentang seorang anak yang merasa sekolah telah banyak merenggut hal baik dalam hidupnya dan para guru yang membuatnya tidak bisa berpikir bebas. Tentu membuat anak berpikir sekolah adalah penjara adalah sesuatu yang harus dihindari oleh sekolah dan para pengajar serta semua staffnya. Maka dari itu dalam psikologi pendidikan kita dapat mempelajari proses perkembangan yang membahas mengenai tahapan-tahapan yang dialami peserta didik, baik bersifat jasmaniah maupun rohaniah.[6] Dengan memahami proses perkembangan peserta didik kita akan lebih mengerti apa sebenarnya yang terjadi pada mereka dan mengapa mereka melakukan kenakalan.

 Einstein pernah berkata:
“Untuk ahli mengatur kawanan domba kita harus menjadi seekor domba”.
-Albert Einstein-

Maksudnya adalah si pengajar harus mengerti bagaimana kondisi anak didik. Pada dasarnya setiap anak didik memiliki cara belajar dan antusias atau minat yang berbeda.Pengajar harus mengatur jalannya proses belajar dan mengajar secara relevan.Guru atau calon guru bukan lagi hanya sebagai pemberi materi apalagi diktator yang kurang pengetian akan tetapi harus menjadi pengayom, teman, orang tua, panutan, dan tempat berkeluh kesah bagi anak didik yang dia tangani.

Menjadi Guru Tidaklah Mudah
Sebagai seseorang yang sedang menjalani perkuliahan di jurusan pendidikan saya sering menemukan bahwa pada dasarnya sebagai calon guru, teman-teman saya atau mungkin saya sendiri sering mengharapkan memiliki anak didik yang normal ketika nanti kita sudah menjadi guru profesional. Normal adalah definisi kita terhadap murid yang rajin, pintar, patuh dan selalu mengerjakan tugas yang kita berikan dengan beberapa kegiatan ekstrakulikuler yang diikuti. Seth Godin dalam bukunya berjudul We Are All Weird mengatakan bahwa anak didik semacam itu adalah fiktif.
“Yang ditemukan para pendidik besar kemungkinan adalah kenyataan bahwa tidak ada gerombolan normal. Tidak ada pusat kurva, tidak ada kelompok yang tidak memiliki masalah, tidak ada bakat, tidak ada masalah. Mereka akan menemukan jutaan silo, jutaan individu dan kolompok kecil yang belajar dengan cara yang berbeda, berpikir dengan cara yang berbeda, dan bermimpi yang berbeda.”[7]
-Seth Godin-

Sebagian dari mahasiswa yang masuk jurusan pendidikan mungkin berpikir bahwa berprofesi sebagai guru merupakan hal yang mudah dengan waktu yang tidak akan terlalu menyita. Kembali ke buku Dra. Desmita berjudul Psikologi Perkembangan Anak Didik,beliau menuliskan pengalamannya ketika baru menyadari bahwa betapa sulitnya menjadi seorang guru.
“Menjadi guru ternyata pekerjaan yang teramat sulit, rumit, dan butuh pengorbanan, tidak hanya waktu, melainkan juga pengorbanan pikiran dan perasaan. Menjadi guru berarti memikul amanah yang besar, yang mesti dipertanggung jawabkan, tidak hanya di hadapan manusia melainkan juga kepada Allah SWT kelak. Singkatnya, profesi guru ternyata harus dilakoni dengan sepenuh hati, melibatkan hampir setiap kemampuan jiwa dan raga, kemampuan intelektual, fisikal, emosional, dan spiritual sekaligus.” [8]
-Dra. Desmita, M.si-

Prinsip psikologi adalah berusaha memahami sesama manusia yang memiliki berbagai macam perbedaan prilakudengan tujuan dapat memperlakukannya dengan tepat, singkatnya bertindak toleran.Dengan mempelajari psikologikita bisa mengetahui karakter umum manusia. Ya, memang manusia seperti yang sudah disebutkan setiap individunya berbeda-beda tapi pasti memiliki ciri-ciri umum.  Begitu pula anak didik, mereka adalah manusia pada umumnya seperti halnya kita.[9] Tapi jangan pernah samakan atau bandingkan mereka satu sama lain apalagi memberikan standard diri kita sebagai acuan masa depan pada mereka, mereka juga memiliki kehidupan yang ingin mereka jalani, tugas kita hanyalah membimbingnya saja. Dari segala hal tadi jika kita sudah memiliki prinsip psikologi, kita akan sadar bahwa mengajar atau menjadi guru memang sebuah profesi yang sulit tapi setidaknya kita mengerti apa yang membuatnya sulit.

Yang membuat sulit adalah meremehkan karakter setiap anak, berpikir semuanya akan berjalan normal diatas kekuasaan kita. Saya tidak sedang berbicara menolak berpikir positif, tidak. Saya berbicara mari kita berpikir bijak karena sebagai guru atau calon guru kita pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi murid. Tidak ada seorangpun yang saat ini menjadi guru dulunya tidak pernah menjadi murid. Maka dari itu peranan psikologi dalam pendidikan bukan hanya sekedar cara megetahui karakter siswa/siswi, tetapi juga cara mengetahui karakter kita sendiri sebagai guru atau calon guru dan bagaimana kita meyakini diri sendiri untuk siap menghadapi kesulitan itu.







[1] Desmita, 2010, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, h. 3
[2] Muhibbin Syah, 2013, Psikologi Pendidikan DenganPendekatan Baru, Bandung, PT Remaja Rosdakarya. h. 13
[3] Sumandi Suryabrata, 2004, Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, h. 13
[4] Sumandi Suryabrata, Psikologi Pendidikan,  h. 3
[5] Sumandi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, h. 4
[6]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, h.47
[7]Seth Godin, 2011, We Are All Weird: Saatnya Menjadi Orang Aneh, Bandung, Kaifa Enterpreneunship, h.77
[8] Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, h. 1
[9] Sumandi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, h. 6