“Psikologi
pendidikan berkaitan dengan bagaimana peserta didik belajar dan berkembang,
menurut anda apakah peranan psikologi pendidikan dalam kegiatan pembelajaran?”
Memahami
Anak Didik Melalui Psikologi
Apakah peranan psikologi pendidikan dalam kegiatan
pembelajaran?Sebelum menjawab persoalan tadi saya akan menjelaskan apa itu
psikologi. Psikologi merupakan suatu disiplin ilmu yang sangat besar manfaatnya
bagi kehidupan manusia.[1]
Semua ilmu pengetahuan sebenarnya penting dan memiliki manfaat bagi kehidupan
tetapi psikologi adalah ilmu yang mampu menyentuh segala macam dimensi
kehidupan manusia dalam berbagai aktivitasnya. Jika dihubungan dengan
pendidikan, Barlow(1985) mendefinisikan psikologi pendidikan sebagai sebuah
pengetahuan yang diambil berdasarkan riset psikologis yang menyediakan
serangkaian sumber-sumber untuk membantu melaksanakan tugas sebagai seorang
guru dalam proses mengajar-belajar supaya lebih efektif.[2]
Sebagaimana telah dikatakan diatas, psikologi
mempersoalkan aktivitas manusia, baik yang dapat diamati maupun yang tidak.[3]
Lantas apa sebenarnya manfaatatau peranan psikologi dalam pendidikan? Jika ditanya
seperti itu maka kita akan menemukan jawaban yang bermacam-macam. Dalam setiap
buku yang saya baca, para penulis memiliki banyak pengertian sendiri mengenai
apa itu psikologi pendidikan dan manfaatnya. Tetapi sebenarnya kita dapat
menyimpulkan bahwa masalah sentral dalam psikologi pendidikan adalah masalah
belajarnya.Tidaklah mengherankan kerena sebenarnya kegiatan belajar(dan
mengajar) adalah tindak pelaksanaan dalam usaha pendidikan. Didalam usaha
mendidik anak-anak didik belajar dan si pengajar mengajar sesuatu pada para
anak didik.[4]
Aspek yang paling penting pada saat anak didik
belajar adalah bagaimana si pengajar memberikan perlakuan secara psikologis
yang selaras dan relevan dengan keadaan anak didik.[5]
Saya mengingat hari ketika saya masih SMA dimana
satu adik kelas saya dikeluarkan dari sekolah karena terbukti memimpin
segerombolan adik kelas saya yang lain untuk menyerang dan melakukan tauran ke
SMA tetangga. Apakah itu tindakan yang tepat? Bukankah lebih baik dia dibimbing
lagi daripada dikeluarkan? Saat itu saya berpikir sekolah telah menyerah pada adik
kelas saya ini.
Schools Are Prisons merupakan salah satu judul lagu
milik band punk rock Inggris tahun 70an bernama Sex Pistols. Liriknya bercerita
tentang seorang anak yang merasa sekolah telah banyak merenggut hal baik dalam
hidupnya dan para guru yang membuatnya tidak bisa berpikir bebas. Tentu membuat
anak berpikir sekolah adalah penjara adalah sesuatu yang harus dihindari oleh
sekolah dan para pengajar serta semua staffnya. Maka dari itu dalam psikologi
pendidikan kita dapat mempelajari proses perkembangan yang membahas mengenai
tahapan-tahapan yang dialami peserta didik, baik bersifat jasmaniah maupun
rohaniah.[6]
Dengan memahami proses perkembangan peserta didik kita akan lebih mengerti apa
sebenarnya yang terjadi pada mereka dan mengapa mereka melakukan kenakalan.
Einstein pernah
berkata:
“Untuk
ahli mengatur kawanan domba kita harus menjadi seekor domba”.
-Albert
Einstein-
Maksudnya adalah si pengajar harus mengerti bagaimana
kondisi anak didik. Pada dasarnya setiap anak didik memiliki cara belajar dan
antusias atau minat yang berbeda.Pengajar harus mengatur jalannya proses
belajar dan mengajar secara relevan.Guru atau calon guru bukan lagi hanya
sebagai pemberi materi apalagi diktator yang kurang pengetian akan tetapi harus
menjadi pengayom, teman, orang tua, panutan, dan tempat berkeluh kesah bagi
anak didik yang dia tangani.
Menjadi
Guru Tidaklah Mudah
Sebagai seseorang yang sedang menjalani perkuliahan
di jurusan pendidikan saya sering menemukan bahwa pada dasarnya sebagai calon
guru, teman-teman saya atau mungkin saya sendiri sering mengharapkan memiliki anak
didik yang normal ketika nanti kita sudah menjadi guru profesional. Normal
adalah definisi kita terhadap murid yang rajin, pintar, patuh dan selalu mengerjakan
tugas yang kita berikan dengan beberapa kegiatan ekstrakulikuler yang diikuti.
Seth Godin dalam bukunya berjudul We Are All Weird mengatakan bahwa
anak didik semacam itu adalah fiktif.
“Yang ditemukan
para pendidik besar kemungkinan adalah kenyataan bahwa tidak ada gerombolan
normal. Tidak ada pusat kurva, tidak ada kelompok yang tidak memiliki masalah,
tidak ada bakat, tidak ada masalah. Mereka akan menemukan jutaan silo, jutaan
individu dan kolompok kecil yang belajar dengan cara yang berbeda, berpikir
dengan cara yang berbeda, dan bermimpi yang berbeda.”[7]
-Seth
Godin-
Sebagian dari mahasiswa yang masuk jurusan
pendidikan mungkin berpikir bahwa berprofesi sebagai guru merupakan hal yang
mudah dengan waktu yang tidak akan terlalu menyita. Kembali ke buku Dra.
Desmita berjudul Psikologi Perkembangan Anak Didik,beliau menuliskan
pengalamannya ketika baru menyadari bahwa betapa sulitnya menjadi seorang guru.
“Menjadi guru
ternyata pekerjaan yang teramat sulit, rumit, dan butuh pengorbanan, tidak
hanya waktu, melainkan juga pengorbanan pikiran dan perasaan. Menjadi guru
berarti memikul amanah yang besar, yang mesti dipertanggung jawabkan, tidak hanya
di hadapan manusia melainkan juga kepada Allah SWT kelak. Singkatnya, profesi
guru ternyata harus dilakoni dengan sepenuh hati, melibatkan hampir setiap
kemampuan jiwa dan raga, kemampuan intelektual, fisikal, emosional, dan
spiritual sekaligus.” [8]
-Dra.
Desmita, M.si-
Prinsip psikologi adalah berusaha memahami sesama
manusia yang memiliki berbagai macam perbedaan prilakudengan tujuan dapat
memperlakukannya dengan tepat, singkatnya bertindak toleran.Dengan mempelajari
psikologikita bisa mengetahui karakter umum manusia. Ya, memang manusia seperti
yang sudah disebutkan setiap individunya berbeda-beda tapi pasti memiliki
ciri-ciri umum. Begitu pula anak didik,
mereka adalah manusia pada umumnya seperti halnya kita.[9]
Tapi jangan pernah samakan atau bandingkan mereka satu sama lain apalagi
memberikan standard diri kita sebagai acuan masa depan pada mereka, mereka juga
memiliki kehidupan yang ingin mereka jalani, tugas kita hanyalah membimbingnya
saja. Dari segala hal tadi jika kita sudah memiliki prinsip psikologi, kita
akan sadar bahwa mengajar atau menjadi guru memang sebuah profesi yang sulit
tapi setidaknya kita mengerti apa yang membuatnya sulit.
Yang membuat sulit adalah meremehkan karakter setiap
anak, berpikir semuanya akan berjalan normal diatas kekuasaan kita. Saya tidak
sedang berbicara menolak berpikir positif, tidak. Saya berbicara mari kita
berpikir bijak karena sebagai guru atau calon guru kita pernah merasakan
bagaimana rasanya menjadi murid. Tidak ada seorangpun yang saat ini menjadi
guru dulunya tidak pernah menjadi murid. Maka dari itu peranan psikologi dalam
pendidikan bukan hanya sekedar cara megetahui karakter siswa/siswi, tetapi juga
cara mengetahui karakter kita sendiri sebagai guru atau calon guru dan
bagaimana kita meyakini diri sendiri untuk siap menghadapi kesulitan itu.
[1]
Desmita, 2010, Psikologi Perkembangan
Peserta Didik, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, h. 3
[2]
Muhibbin Syah, 2013, Psikologi Pendidikan
DenganPendekatan Baru, Bandung, PT
Remaja Rosdakarya. h. 13
[3]
Sumandi Suryabrata, 2004, Psikologi
Pendidikan, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, h. 13
[4]
Sumandi Suryabrata, Psikologi Pendidikan,
h. 3
[5]
Sumandi Suryabrata, Psikologi Pendidikan,
h. 4
[6]Muhibbin
Syah, Psikologi Pendidikan Dengan
Pendekatan Baru, h.47
[7]Seth
Godin, 2011, We Are All Weird: Saatnya
Menjadi Orang Aneh, Bandung, Kaifa Enterpreneunship, h.77
[8]
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta
Didik, h. 1
[9]
Sumandi Suryabrata, Psikologi Pendidikan,
h. 6