Forever Blow In Bubles
Kamis, 25 September 2014
Tulisan Saya Mengenai Peran Psikologi Pendidikan
Jumat, 18 April 2014
Merenung Saat Hujan
Memandangi hujan, ribuan tetesan air jatuh dari langit, sebenarnya apa serunya? Tapi saya selalu melakukannya, mungkin salah satu hal yang banyak membuang waktu dalam hidup saya.
Tetesan air yang berjatuh bergantian sepertinya menghipnotis saya. Tidak ada yang spesial atau menghibur dari itu semua, seperti saya yang terbengong-bengong menonton mereka tanpa berpikir apapun.
Tapi hujan menyejukkan, bahkan saat marah ketika harus kehujanan saat pulang dari kuliah, hujan tetap menyejukkan. Ketika air mata terjatuh karena kehidupan tak kunjung membaik dan tiba-tiba hujan datang, dia akan menyejukkan, menghentikan rengekan kita untuk sementara waktu.
Hujan memang rezeki dari Tuhan.
Ya Tuhan jika anda baca blog ini maka saya ucapkan terimakasih atas setiap hujan.
Hah huh.. Bernafas kembali melihat hujan.
Setiap tetesnya adalah semua dosa dan rasa syukur yang telah dilakukan.
Minggu, 16 Februari 2014
MAAF
"Saya manusia biasa, saya berbuat salah, saya menyakiti orang, tapi ketika saya bilang saya minta maaf, saya benar-benar meminta maaf"
Entah darimana saya membaca kata-kata diatas, tapi itu yang benar-benar saya rasakan saat ini. Tidak penting seberapa banyak orang menyakiti saya, yah saya hidup dalam rasa sakit dan duka tentu bersamaan dengan rasa senang dan suka pula. Tuhan tau bagaimana membuat skenario bagi setiap mahluk ciptaannya, dan saya bersyukur atas semua hal yang terjadi.
Tapi, sebuah point penting dalam hidup fakta bahwa akan lebih menyakitkan saat saya menyakiti orang lain daripada orang menyakiti saya.
Nabi Muhammad benar lewat sabdanya "Berkatalah yang baik atau diam". Saya harusnya meresapi hal ini. Tapi saat itu saya tidak, dan saya menyesalinya.
Ok jujur saja, saya tidak tau kapan saya mati dan saya berusaha selalu memikirkannya, yang saya tak bisa maafkan terhadap diri saya adalah ketika mati saya belum di maafkan orang-orang yang saya pernah sakiti.
Jadi untuk siapapun yang pernah saya sakiti, saya minta maaf. Saya tak ingin berakhir jadi orang jahat, maka saya meminta maaf. Maafkanlah saya jika dalam hidup saya menyakiti anda.
MAAF
Jumat, 07 Februari 2014
Internet
Selasa, 04 Februari 2014
Takut
Sebentar lagi usia saya mencapai angka 21 jika Tuhan menginjinkan saya hidup sampai tanggal 22 Februari. Usia yang orang bilang masih muda, tapi entah kenapa saya tidak merasa begitu. Jika dipikir saya masih terjebak pada masa sebelum 13 tahun, masa dimana saya tak segan bermimpi jadi pembalap mini 4 WD profesional. Hahaha sudahlah, itu sudah berlalu hampir 8 tahun. Lantas apa yang sebenarnya saya lakukan selama ini, hey 21 bukan angka muda, 21 adalah waktu yang lama, saya bahkan tidak berpikir saya mencapai angka 22, ya tidak seperti beberapa tahun yang lalu saat saya mencapai 15 dan yakin mencapai 16.
Seorang teman bertanya "jika kamu bisa me-restart hidup apa yang akan kamu lakukan?". Saat itu saya jawab "sepertinya me-restart hidup tak akan merubah apa-apa". Tapi harapan ingin me-restart hidup, kembali ke masa lalu, membenarkan apa yang kita lakukan salah di masa lalu pasti semua orang memikirkannya. Ya pada dasarnya manusia adalah mahluk penakut, kita bukan takut tentang apa yang telah berlalu sebenarnya, tapi pengaruhnya pada masa depan. Rasa takut kita membuat kita percaya pada keajaiban yang tidak mungkin terjadi. Hampir semua orang takut pada hal yang sama. Itu sebabnya kita harus sekolah setinggi-tingginya bukan untuk hal lain selain masa depan. Sekolah saat ini hanya menjadi penembok rasa ketakutan dan kekhawatiran kita pada masa depan. Kita membuat tembok sebesar-besarnya seperti apa yang dilakukan kaisar cina yang takut akan serangan orang mongolia.
Tidak ada yang salah dengan rasa takut, justru takut adalah hal baik, takut akan membuat kita berhati-hati. Tapi saya berpikir bahwa ketakutan kita sudah berlebihan, entahlah saya merasa setiap orang termasuk saya selalu merasa takut dalam hidup. Saya tidak mau hidup terus dalam ketakutan, saya ingin menemukan formula agar saya dan orang-orang tidak ketakutan lagi dalam hidup. Sayangnya saya belum menemukannya selama ini, dan sejujurnya saya takut saya tak pernah menemukannya sama sekali.