Forever Blow In Bubles
Minggu, 01 Januari 2017
Senin, 05 Desember 2016
Bukan Tulisan Yang Benar
Rasa-rasanya sudah lama kita tak bercermin. Melihat pantulan diri sekedar lebih mengenal siapakah kita sebenarnya. Rasa-rasanya kita sudah lama mengeluh, mengeluh karena orang lain dan melewatkan hal-hal baik yang diberikan Tuhan untuk kita.
Saya sudah bosan berandai-andai. Apakah bentuk bumi itu bulat atau datar, itu bukan hal. Mengapa di waktu-waktu damai seperti ini orang-orang masih saling membenci? Membenci karena media yang mereka percayai atau media yang mereka anggap biadab.
Sekali waktu saya bertemu seseorang. Seseorang yang merasa kebenaran adalah miliknya dan kelompoknya. Di waktu lain saya bertemu orang lain yang berpikir sama namun berbeda pemahaman.
Saya tidak mengerti yang manakah yang Jedi(Cahaya) yang manakah yang Sith(Kegelapan)? Saya tidak punya cukup bukti untuk menyimpulkannya.
Saya hanya tidak ingin mengikuti siapapun selama mereka berdebat soal kebenaran. Saya rasa semua orang merasa benar hanya sesuai versinya masing-masing.
Sabtu, 07 Mei 2016
Hal Yang Malas Saya Tulis
Mari bicarakan cinta, hahaha
Bagaimana jika suatu hari dalam hidup anda, anda tidak merasakan hal itu lagi? Atau bilapun anda merasa hal itu benar-benar ada, anda meragukannya, menganggapnya hanya sebagai khayalan dari para penulis fiksi romantis atau sebuah film televisi dengan skenario payah. Mereka para bajingan menulis cerita sederhana mengenai cinta yang membuat orang-orang dalam cerita omong kosong itu hidup bahagia selamanya atau sama sekali menderita.
Tapi coba lihatlah orang tua anda. Ketika saya melihat orang tua saya, saya mengerti perbedaan antara dunia nyata dan fiksi. Mereka terlihat begitu kekanak-kanakan saat bertengkar dan lalu berdamai dan bertengkar lalu berdamai lagi, walaupun pernah dalam benak mereka hampir masuk dalam kondisi konyol (dimana mereka "katanya" mau cerai) di masa lalu yang membuat saya selalu tertawa ketika mengingatnya atau sekedar bertanya-tanya bagaimana jika hal itu benar terjadi, tapi syukurlah mereka bisa bertahan. Entah karena "CINTA" atau hanya tidak tau harus berbuat apalagi.
Saya membayangkan orang-orang yang begitu romantis saat pacaran. Mengupload photo kebersamaan mereka di sosial media, membuat kata-kata bodoh mengenai perasaan mereka. Suatu waktu dalam hidup mereka, mereka menikah dan mungkin mengetahui kebenaran dari pasangan mereka yang mereka tidak pernah tau sebelumnya, kebenaran yang jelek. Hal-hal romantis itu hanyalah ilusi, kata-kata manis hanya sebuah omong kosong remaja. Apakah mereka bisa bertahan? Generasi kita adalah generasi yang terlena pada sesuatu yang baru ditemukan di abad 20 bernama "Karir", mengejar rasa hormat begitu besar selayaknya mendapatkan posisi terbaik dalam karir kita, berusaha meguasai segala teknologi yang tanpa sadar teknologi tersebut malah mengusai kita sendiri. Karir membuat kita sibuk yang menjadikan kita kelak menjadi orang tua yang lebih fokus mengupload photo anak-anak kita ke instagram daripada menggendongnya sendiri. Kita menitipkan anak kita kepada orang tua atau mertua kita, jika punya uang lebih kita membayar orang lain. Dimana rasa CINTA kita?
Adakah orang-orang di luar sana yang menikah tanpa harus berbuat sex, saya tidak yakin. Betapa menyedihkannya mendapati kita membutuhkan viagra atau obat kuat lainya karena mungkin pasangan kita tidak puas dengan kita, sex yang seharusnya menyenangkan berubah menjadi mimpi buruk. Namun begitulah adanya saat saya melihat orang-orang masuk toko obat kuat dipinggir jalan.
Sebagian dari orang-orang yang saya kenal bahkan berbuat sex sebelum menikah, sayapun semakin ragu apakah yang orang-orang ini miliki adalah cinta atau hanya nafsu birahi saja. Atau bilapun sebagian kita tidak berbuat hal itu sebelum menikah, kebanyakan kita tertarik dan mengklaim diri telah jatuh cinta pada orang lain tidak lain hanya karena faktor fisik (cantik/ganteng) yang menunjukan bahwa kita mengedepankan nafsu daripada hal lainnya.
Lagu ERK disini:
Lagu ERK disini:
Jika jatuh cinta itu butaBerdua kita akan tersesatSaling mencari di dalam gelapKedua mata kita gelapLalu hati kita gelapHati kita gelapLalu hati kita gelap
Sabtu, 02 April 2016
Setelah Nonton Dawn Of Justice
Sudah seminggu lebih Dawn Of Justice tayang di bioskop-bioskop di Indonesia. Saya gak tau berapa banyak tiket yang terjual dan faktanya saya juga gak peduli. Bagi saya sendiri, saya seolah sudah menunggu film ini seperti hampir seumur hidup saya. Saya mengingat kembali saat saya masih SD, menonton Justice League di Tv 7 (sekarang Trans 7) di kala subuh setiap hari minggu, disana saya kenal Flash, Arrow, Aquaman, Martian Manhhunter, Wonder Woman, Green Arrow, dll saat Batman dan Superman sudah begitu populer.
Sebenarnya bukan Justice League lah serial kartun super hero pertama yang saya tonton. Saya ingat serial Batman Beyond dan X-Men yang saya tonton bahkan sebelum SD, bersama serial kartun ditektif masa depan yang saya lupa judulnya. Dan apakah kalian (generasi lahir 91-94) masih ingat bahwa ada serial kartun Spider Man dimana Peter Parker terjebak di dunia atau planet lain (pararel) berjudul Spider-Man Unlimited? Saya selalu suka dengan Kostum Spidy versi serial Tv itu.
Juga dulumah ada sinetron Smallville dan Heroes. Lah kenapa jadi nostalgia, haha kebawa suasana.
Oke mengenai Dawn Of Justice, saya tau Zack Snyder di kritik abis-abisan, di Rotten Tomatoes bahkan rating film ini cuma 29% dari nilai para kritikus, tapi masih di angka 71% dari penilaian para audiences. Apakah film ini sebegitu buruknya? ada hal-hal yang saya suka dari film ini, begitupun hal-hal yang saya gak suka. Saya akan mulai dari hal-hal yang saya suka.
1. Para Pemeran
Saya kira para aktor dan aktris di film ini sudah sangat maksimal performanya. Kita mulai dari Affleck yang dulu waktu film ini baru direncanakan pembuatannya banyak banget orang yang gak suka. Afleck sendiri buka Facebook dimana waktu itu dia liat komen-komen orang mengenai dirinya bakal jadi Batman, dan yang dia ingat adalah komen orang paling atas cuma nulis "NOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO". hahaha. Tapi liat Affleck di film, bro orang ini memang paling tepat. Secara perawakan (perawakan benerkan) juga udah pas banget, akting juga keren lah. Penjiwaannya sebagai Bruce Wayne yang sakit hati karena banyak pegawainya mati karena ulah Superman dan Zod itu kerasa banget.
Ok sedikit Ganjil memang soal moral code Batman yang gak ada di film ini. Bagi para comics nerds kita tau bahwa Batman itu gak ngebunuh atau nembak orang pake senjata api. Kalo baca Batman: Year One, Bruce Wayne bilang "bahkan sampah masyarakatpun (kriminal) punya keluarga", atau di Batman Begins dimana Bruce dapet moral untuk tidak membunuh karena dia tau itu bakal ngebawa dia sama seperti penjahat itu sendiri. Di Batman Under The Red Hood, Batman berusaha mati-matian biar gak ngebunuh Joker walaupun situasi yang dibuat Joker dan Jason Todd (Robin/Red Hood 2) itu sulit.
Tapi Batman juga pernah di ceritakan ngebunuh beberapa kali, yang saya tau dia ngebunuh Joker di The Killing Joke dan The Dark Knight Returns.
Yup, entahlah. Tapi bagaimanpun Zack Snyder dan Affleck ngebuat Batman ini lebih diterima fight scenenya karena terbuka sama CGI dibandingkan versinnya Nolan. Saya sendiri suka sama setiap fight scene Nolan, Nolan memakai bela diri Keysi yang begitu indah buat koreo berantem di Dark Knight Trillogynya, tapi gak semua orang tau Keysi itu juga apa-kan? Ngomong-ngomog Affleck juga bertemu Christian bale di sebuah toko kostum di Los Angles sebelum mulai syuting Dawn Of Justice, Affleck sedang anter anaknya beli kostum buat halloween, saat itu tiba-tiba dipanggil seorang laki-laki berlogat british dan ternyata dia Christian Bale, Bale bilang untuk jangan lupa bikin seleting di celana kostum Batmannya agar gampang buat kencing, Affleck yang baru kenal dan tau kalo Bale bukan orang amerika sendiripun menerima saran itu dan di toko itu mereka ngobrol lalu sadar toko tersebut juga jual kostum batman. Situasi yang aneh.
Baiklah lanjut ke Lex Luthor alias Jesse Eisenberg. Jesse buat persona baru Lex Luthor menurut saya, Luthor yang biasanya digambarkan bapa-bapa jenius berwibawa disini jadi anak muda jenius yang slengean, haha. Sedikit mirip Joker-nya Nolan memang dengan gaya psikopatnya, tapi entaahlah saya suka.
Sedikit info remeh temeh, di Justice League Crisis On Two Earth, Luthor (dari semesta yang lain) adalah protagonist dan pemimpin Justice League. Luthor membela keadilan daripara manusia super yang di dunianya adalah orang-orang jahat lalu dengan alat tertentu meminta bantuan Justice League dari dunia pararel lain yaitu dunianya Superman (DC Universe yang normal). Ribet amat bahasa ane
Luthor disamping Superman dan Flash
Sindikat kriminal orang-orang super di dunia Luthor yang baik
Henry Cavill juga udah Superman banget lah. hahaha, saya gak tau harus nulis apa, saya bukan penggemar Superman. Amy Adams porsinya lebih dikit disini dibanding di Man Of Steel, dan Gal Gadot gemukan dan seksiaan sekarang hahaha. Entahlah akting dia dikit sebagai Diana Prince atau Wonder Woman terus tau-tau lawan Doomsday.
2. Justice League
Hal kedua yang saya suka adalah kita udah mulai dikasih bocoran Justice Legue. Yup, memang kalo gak baca komik atau kartunnya bakal bingung, lumayan lah ada temen-temen yang nanya 3 Meta Human itu siapa sih mil. Itu ada Flash, Aquaman dan Cyborg. Porsi sedikit itu justru buat saya pengen cepet-cepet nonton film Justice League Part I.
Kayanya cuma dua hal itu yang bisa saya tulis mengenai hal-hal yang saya suka, bagi saya film ini tetep film yang menyenangkan buat ditonton kok. Segala halnya juga gak terlalu gelap dan sedkit ada jokes yang buat penonton ketawa (tentu gak sebanyak film Marvel). Yang saya gak suka mungkin adalah bagimana Zack Snyder bercerita, tidak semua orang adalah penggemar kartun atau komik seperti yang tadi saya bilang. Orang-orang lebih memperhatikan judul Batman v Superman dibandingkan Dawn Of Justice sendiri. Tidak semua orang tau soal Justice League dan banyak yang kecewa karena Batman dan Superman berantemnya cuma sebentar (lebih epik komik/kartun Dark Knight Returns), terus tiba-tiba mereka berdamai karena Lois Lane bilang nama emak mereka samaan.
Batman : Mak lu Martha ya?
Superman : Kok tahu?
Batman: Karena aku tempe.
(Apaan Sih)
Belum lagi nongolnya Doomsday, gila kacau banget tiba-tiba muncul seolah-olah cuma buat bikin Wonder Woman, Batman dan Superman bersatu. Itu kalo di bioskop Doomsday-nya diterjemahin jadi hari kiamat lagi, orang-orangpun yang gak tau komiknya nyebut doomsday dengan "MONSTER itu", wkwkwk
Siapakah monster itu, sejak tadi menatapku. Mau menyapa aku malu-malu (nyanyi dangdut)
Lucunya banyak orang yang nganggap film ini mengecewakan karena Superman mati dibading plot kacaunya. Superman di komikpun pernah mati kok setelah berantem lawan Doomsday. Bukan cuma Superman, Captain America di komik Civil War (komik ya saya ngomonggya, karena gak tau di film gimana nanti), Spider-Man, dan hero favorit saya Rorschach juga V For Vendetta pun mati.
Supeman
Spider-Man
Cap
Rorschach
Paling Dramatis V, setelah itu Natalie Portman selingkuh ke Thor.
Sabtu, 19 Maret 2016
Sebelum nonton Dawn Of Justice
Pertama denger kalo DC dan Warner bakal bikin film Batman dan Superman itu kira-kira tahun 2014. Katanya Ben Affleck bakal main jadi batman, dan waktu itu dia di bully abis-abisan. Maklum liat performanya di Daredevil katanya gak bagus, belum lagi kalo dibandingin sama Christian Bale bisa dibilang Affleck kalah kalo jago-jagoan masalah akting. Ya tapi saya sendiri udah gak peduli waktu itu sama akting affleck (beri dia credit karena buat skenario good will hunting), saya cuma sempet mikir apa saya masih hidup ya ketika film itu akhirnya ada di bioskop atau punya duit buat nonton nanti.
Akhinya di tahun 2015 udah mulai ada trailernya di youtube, gak tanggung-tanggung ternyata mereka (DC dan Warner) juga katanya udah mempersiapkan film Suicide Squad (coba tonton film animasi Jay Oliva berjudul Batman: Assault on Arkham biar kenal karakter-karakternya) yang nantinya satu universe sama Dawn Of Justice, seolah olah mau nantang Marvel yang lebih rapih soal universe universean. Sebelum nonton film ini menurut saya ada baiknya kita nonton film-film berikut yang bakal saya share setelah ini. cek dis ot:
1. Man Of Steel
Karya Snyder sebelum Dawn Of Justice. Jujur saya kurang suka sama film ini, hal paling menarik di film ini kalo kata saya mah Amy Adams jadi Lois Lane aja, hahaha. Gimana ya, kebanyakan CGI kaya film-film Marvel dipadu gelap gitu kaya film-film Nolan. Tapi karena film Dawn Of Justice ini adalah film sequel dari Man Of Steel, maka akan sangat bijak kalo kita nonton film ini terlebih dahulu (kalo belum nonton) biar nyaho arahnya dan nyaho aja gimana cara cerita Snyder.
2. The Dark Knight Returns Part I dan Part II
Film animasi yang distradarai Jay Oliva ini 100 persen adalah film adaptasi dari komik Uncle Frank (Frank Miller) berjudul sama. Disini kita bisa dapet refrensi kenapa Batman dan Superman akhirnya berantem, dan bisa tau dari mana kostum batman di film dawn of justice terinspirasi. Udah gak diragukan kalo Snyder ini penggemar Frank Miller, yup film 300 yang dulu pernah dibuat Snyder juga adalah film adaptasi dari komik yang dibuat Miller.
3. Film Dari Komik Alan Moore
Film Snyder yang paling sering saya tonton berulang-ulang adalah Watchmen adaptasi komiknya Alan Moore, emang gak ada hubunganya sih tapi kita bisa tau aja gimana nanti Snyder buat Universe sekelompok superhero. Komik atau novel karangannya Alan Moore lain yang juga dibuat film adalah V For Venddeta yang ditulis The Wachowski Brothers (yang sekarang gak brothers lagi/ terkenal karena The Matrix) dan disutradarai James McTeigue. Kalo saya harus bandingin V for Vendetta sama Watchmen, jelaslah kalo Snyder agak kurang dalam penulisan skenario. Filmnya Watchmen gak jelek tapi gak punya perbedaan aja sama komik aslinya (kecuali Kostum), beda sama V for Vendetta yang skenarionya jauh dari komik atau novel aslinya (sampe buat Moore marah) tapi penuh teka-teki dan kejutan.
V sama Rorschach keduanya adalah heros favorit saya.
4. Semua Film Animasi Justice League
JL masih kedengeran asing buat penggemar film superhero di Indonesia maupun dunia kalo dibadingin Avengers. Buat nambah refrensi coba cari di internet film-film animasi JL, karena dawn of justice sendiri nantinya bakal jadi permulaan film layar lebar justice league.
5. The Dark Knight Trilogy
Kita sedang membicarakan film DC Comics yang penggemarnya saat ini gak sebegitu banyak dibadingkan Marvel Comics. Dari kuantitas film dan kerapihan universepun DC baru mau mulai dibadingkan Marvel yang udah dari dulu. Tapi dengan semua keunggulan Marvel, DC patut berbangga diri karena pernah dapet sutradara yang amat mempuni yang mau buat film yang diadaptasi dari komik mereka, siapa lagi kalo bukan Christopher Nolan. The Dark Knight Trilogy adalah film yang berhasil secara komersial maupun kritik dari kritikus film, maka sudah sepatutnya jika ingin merasakan atmosfir film DC dibandingkan Marvel sebelum nonton Dawn Of Justice anda harus nonton Trilogy ini kalo belum nonton atau pernah nonton tapi gak selesai karena dianggap berat.
Ya dengan semua hal diatas masih banyak hal yang menurut saya mengecewakan soal proyek universenya DC ini, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan Tv Show atau sinetron mereka nanti gak bakal ada hubungannya sama film. Jika Tv Show Marvel kaya Agent Carter atau SHIELD berhubungan dengan film Avengers, Captain America, Ironman, dll. Maka Tv Show DC kaya Flash dan Arrow yang udah crossover nanti katanya gak bakal terkait sama sekali sama Dawn Of Justice.
Sabtu, 05 Maret 2016
Introvert?
Jika kalian
pernah baca mengenai kepribadian manusia secara umum maka mungkin pernah
mendengar istilah extrovert, introvert, ambievert.
Istilah-istilah tersebut dipopulerkan oleh seorang psikolog dari Swiss,
Carl Jung.[1] Dalam
pengertian sederhana istilah-istilah ini merujuk pada perilaku seseorang yang
berhubungan dengan pergaulan sosial sehari-hari. Orang yang dianggap extrovert
biasanya dicirikan dengan pribadi yang bisa bergaul dengan siapa saja, banyak
teman, senang ngumpul, percaya diri tinggi dan tidak bisa menyendiri dalam
waktu lama. Sebaliknya orang yang dianggap introvert biasanya dicirikan dengan
pribadi yang sulit bergaul, hanya punya sedikit teman, jarang berinteraksi dan
lebih menyukai kesendirian. Sementara ambievert adalah kepribadian diantara
keduanya alias setengah setengah (Nah kamu yang mana). Walaupun banyak ilmuan
sosial tidak setuju (dan banyak pula yang setuju) mengenai istilah-istilah
tersebut, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa hal-hal tersebut memang terasa di
dunia nyata (iya kan).
Di masyarakat orang berkepribadian extrovert lebih dianggap memiliki
nilai positif dibadingkan orang yang dianggap memiliki kepribadian introvert.
Tentu saja, orang-orang extrovert lebih banyak berinteraksi dengan orang lain,
mereka aktif di masyarakat, bisa berbicara dengan baik pula. Berbeda dengan
orang-orang introvert yang cenderung dianggap masyarakat anti sosial.
Lantas kenapa orang-orang introvert jadi introvert? Dan apakah mereka
anti sosial?
Inna Fishman, peneliti dari the Salk
Institute for Biological Sciences, di California, Amerika Serikat, meneliti dua
kepribadian ini menggunakan sebuah eksperimen wajah orang dan sekuntum bunga.
Hasilnya, otak para ekstrovert ternyata lebih memerhatikan wajah orang dari
pada bunga yang merupakan benda mati atau bukan manusia. Sedangkan otak orang
introvert tidak memiliki perbedaan yang signifikan ketika merespon wajah orang
dan bunga. Para introvert tidak menempatkan wajah orang pada stimuli
sosial, dari pada stimuli lainnya seperti bunga tadi. "Artinya, introvert,
atau otak mereka, cenderung peduli tidak peduli pada orang. Meskipun mereka
tetap bisa menerima, meninggalkan, menolak, dan bahkan berbicara pada mereka. Tapi,
otak mereka memperlakukan interaksi dengan orang sama seperti mereka berhadapan
dengan hal lain, seperti benda mati" jelas Fishman.[2]
Karena itulah orang-orang introvert bisa menyendiri dalam waktu yang lama,
karena dalam pandangannya, orang lain hampir tiada bedanya dengan
benda hidup atau mati lainnya.
Seseorang dapat menjadi introvert bisa jadi
dikarenakan pengaruh biologis maupun sosial, sepertinya dua hal
tersebut sangat saling berkaitan. Para psikolog sering menguraikan bahwa
kepribadian seseorang adalah bawaan dari lahir, namun hal tersebut tidak
sepenuhnya benar, karena sesungguhnya kepribadian seseorang dipengaruhi oleh
banyak faktor dalam kehidupan sehari-harinya. Seseorang yang sejak kecil
cenderung dibatasi pergaulannya dengan orang lain dan lebih banyak bermain
sendiri dengan mainannya bisa jadi lebih gampang menjadi sosok yang dianggap
introvert dibandingkan orang lain.
Para introvert menganggap intreaksi sosial
bukanlah sesuatu yang utama dan cenderung membuang waktu mereka, mereka hanya
akan berinteraksi secukupnya lalu seolah-olah harus mengisi batrai mereka
dengan menyendiri karena itulah kebutuhan primer bagi mereka.
Jika kita memperhatikan secara seksama,
jumlah introvert selalu lebih sedikit dibandingkan orang extrovert. Bahkan disebuah
kota besar sekalipun dimana interaksi sosial biasanya kurang sekali karena hegemoni individualisme.
Perbadingannya mungkin antara 1 introvert dan 9 extrovert.
Nah sekarang apakah introvert sendiri bisa
diartikan sebagai anti sosial? Banyak orang yang akan bilang bahwa antara
introvert dan anti sosial itu berbeda, namun jika kamu misalnya bertanya pada
saya yang juga merasa bahwa diri saya adalah pribadi ynag cenderung introvert,
saya akan menjawab “iya sebagian dari kepribadian kami adalah anti sosial
karena tidak tahan berlama-lama dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitar,
tapi sebagian dari kepribadian kami juga adalah seperti kebanyakan orang yang membutuhkan orang lain yang
menunjukan bahwa kami bukanlah anti sosial.” Sulit bukan?
Sabtu, 08 Agustus 2015
Menulis Di Blog Walau Hanya Omong Kosong 4: Saat Rasa Marah Itu Hilang
Sudah lama sepertinya tidak ngepost apa-apa di blog ini,
padahal cita-cita buat blog ini adalah nulis omong kosong apapun yang ada di
kepala, setidaknya untuk membuktikan bahwa saya punya kepala dan ada isi
dididalamnya(bukan,, bukan motor didalamnya). Oh hey ada apa? Apakah saya
begitu sibuknya? Kuliah, kuliah dan kuliah.
Cuma itu kesibukan utama saya yang bisa dibilang gak sibuk-sibuk amat,
lalu apa? punya pacar juga tidak dan terserah saya gak peduli.
Malam ini akhirnya saya sadar mengapa menulis jadi sangat
sulit, bukan karena harus nulis skripsi, bukan karena harus menyelesaikan beberapa
hal yang tidak terselesaikan, tapi karena kemarahan atau RASA MARAH itu hilang.
Rasa marah membuat kita ingin berbuat sesuatu, salah satunya menulis, rasa
marah itu hilang dimakan kemalasan untuk tidak melawan kemalasan tersebut, rasa
marah itu hilang karena terlalu berpikir harus sempurna padahal tidak ada
manusia yang sempurna, rasa marah itu hilang karena berpikir tiada jalan lain
untuk hidup melainkan hidup seperti kebanyakan orang.
Saya mulai mengingat kembali para pemikir dan penulis di
masa lalu, baik penulis buku itu ilmuwan, sastrawan, atau musisi dan lainnya.
Kebanyakan mereka menulis karena ada rasa marah, rasa marah terhadap diri
mereka atau hal lain disekitar mereka. Nietsche yang menulis buku-buku filsafat
yang mengagetkan dunia saat itu karena dalam buku-bukunya dia bilang “tuhan
sudah mati” berdasarkan kemarahannya terhadap kehidupan agama saat itu seolah
tuhan sudah ada ditangan pemuka agama dan mereka yang berkuasa terhadap hamba
tuhan padahal mereka sendiri adalah hamba tuhan, begitupun Karl Marx dengan
“agama adalah candun” yang kebetulan isunya sama. Bob Dylan yang menulis lagu
Blowin in The Wind karena kepesimisannya bahwa Nixon akan menggunakan otaknya dan
berpikir jika perang Vietnam tidak berguna hanya akan membuat kesensaran
terhadap orang Vietnam dan Amerika sendiri. Mereka menulis karena marah, marah
membuat kita berpikir, bukan.. bukan marah pukul-pukulan tapi saat marah menghasilkan
inspirasi untuk menulis, jadi marahlah dan lakukan sesuatu yang mengubah
hidupmu.
Langganan:
Postingan (Atom)